RMOL. Transisi besar-besaran di Jakarta, seperti perubahan daerah permukiman menjadi daerah perekonomian, kian tak terkendali. Hal ini ditengarai menjadi pemicu konflik sosial. Salah satunya adalah dalam bentuk tawuran.
Hal itu disampaikan pengamat sosial dari Universitas Indonesia (UI) Bambang Shergi Laksmono, berkaitan seringnya terjadi aksi tawuran antar warga di Jakarta. Termasuk dalam beberapa hari terakhir.
Tidak terkendalinya perubahan kawasan permukiman ini, kata Bambang, juga termasuk kurangnya fasilitas umum yang mendorong kegiatan positif di tengah masyarakat. Hal ini membuat masyarakat tak nyaman lagi dengan lingkungan tempat tinggalnya.
Agar kehidupan sosial masyarakat sehat, lanjut Bambang, perlu didukung lingkungan yang sehat.
“Masyarakat Jakarta sekarang cenderung hidup dalam lingkungan yang kurang sehat secara sosial. Secara tidak langsung, ini membentuk masyarakat menjadi bermasalah secara sosial. Jadi tingginya angka statistik tawuran antar warga di Jakarta bisa dimaklumi,” jelasnya.
Seperti diketahui, kasus tawuran antar warga yang terjadi akhir-akhir ini menjadi permasalahan serius bagi Pemerintah Provinsi (Pemrov) DKI Jakarta bersama Polda Metro Jaya. Dalam tujuh bulan terakhir, sebanyak 20 kasus tawuran terjadi di ibukota. Yang terbaru, bulan ini terjadi dua kasus. Satu kasus di Johar Baru, Jakarta Pusat dan satu kasus lagi di Pasar Rumput, Manggarai, Jakarta Selatan.
Penataan kota serta peruntukan wilayah di Jakarta, masih menurut Bambang, sudah tidak jelas lagi. Wilayah yang seharusnya menjadi tempat permukiman, mestinya tidak sekaligus dijadikan tempat kegiatan perekonomian seperti gedung-gedung perkantoran.
“Di wilayah yang tata ruang yang kacau seperti Jakarta, sulit membentuk pola kehidupan sosial yang ideal. Perlu interaksi antar masyarakat yang baik, komunikasi serta kegiatan-kegiatan lain yang positif,” ujarnya.
Perlu ada tindakan nyata dari Pemprov DKI Jakarta untuk menata lingkungan sosial, lanjut Bambang. Dia menyarankan pemprov memperbaiki lingkungan tempat tinggal masyarakat menjadi lebih baik.
Apalagi, nilainya, gaya hidup masyarakat Jakarta yang berkembang sekarang mengarah ke sikap individualistis. Antar masyarakat cenderung acuh. Komunikasi terjalin kurang baik, sehingga sering terjadi kesalahpahaman yang bisa menjadi konflik sosial.
Bambang menyarankan agar pemprov lebih banyak membuat tempat-tempat publik seperti taman dan lapangan umum. Selain baik untuk lingkungan hidup, tempat-tempat ini juga bisa menjadi tempat berinteraksi antar masyarakat. “Dengan demikian, masyarakat punya tempat menyalurkan kegiatan ke hal-hal yang positif,” jelasnya. [rm]