Selasa, 08 Maret 2011

KEMBALI KE TITIK NOL


Oleh: Amir Syarif Siregar 
KALIMANTAN BARAT  - DETIK Travel-Sebagai ibukota provinsi Kalimantan Barat, Pontianak saat ini telah jauh berkembang. Beberapa pengunjung bahkan mulai membandingkan tingkat kepadatan kota ini dengan tingkat kepadatan kota-kota besar lain di Indonesia seperti Medan ataupun Bandung. Tak jarang, ketika kemacetan mulai mendera, beberapa bahkan mulai berceloteh bahwa Pontianak semakin meniru Jakarta. Tak hanya dari tingkat kemacetan, jika dilihat dari sekilas masyarakatnya yang berlalu lalang serta bangunan-bangunan besar yang berada di pusat kota, memang Pontianak telah berada di tingkat yang hampir setara dengan Jakarta ataupun kota-kota besar lainnya.

Berbicara mengenai Pontianak tentu saja tidak akan lepas dari membicarakan letak geografis kota ini yang dilalui oleh garis lintang nol derajat Bumi atau yang lazim disebut sebagai garis khatulistiwa. Hal ini memang telah menjadi salah satu ciri khusus dari kota ini, yang ditandai dengan pembangunan sebuah monumen khusus di Jalan Khatulistiwa, Pontianak Utara yang dikenal dengan nama Monumen Equator. Selain penanda kota, bentuknya yang khas ternyata juga mampu menarik perhatian para pengunjung untuk menjadikan tempat ini sebagai salah satu obyek wisata selama mereka berada di Pontianak.

Awalnya, bangunan Monumen Equator sendiri tidak semegah sekarang. Dibangun pada tahun 1928, yang terdapat di wilayah tersebut hanyalah sebuah tonggak dengan anak panah yang berada di atasnya. Pemilihan wilayah tempat peletakan tonggak tersebut tentu dilakukan dengan sangat hati-hati. Dilakukan oleh sebuah ekspedisi yang datang dari Belanda, tempat peletakan tonggak itu sendiri merupakan titik tepat dimana kota Pontianak benar-benar berada di bawah garis lintang nol derajat Bumi. Dua tahun kemudian, tonggak tersebut kemudian disempurnakan dengan penambahan lingkaran di sekitar anak panah. Setelah beberapa kali direnovasi, Monumen Equator tersebut kembali mengalami renovasi pada tahun 1990 dengan pembuatan kubah untuk melindungi tugu asli serta pembuatan duplikat tugu dengan ukuran lima kali lebih besar dari tugu yang aslinya. Peresmiannya sendiri dilakukan pada tanggal 21 September 1991. Sekelumit kisah ini dapat dilihat oleh para pengunjung dalam sebuah catatan yang terdapat di dalam Monumen Equator tersebut.

Puas berkeliling dalam gedung Monumen Equator -- yang diisi dengan banyk pengetahuan mengenai astronomi dan sejarahnya -- pengunjung dapat membeli beberapa cinderamata di sebuah toko yang terletak tidak jauh dari Monumen Equator sendiri.


(Amir Syarif Siregar / gst)

ACI, Program keliling Indonesia gratis dari detikcom Artikel Wisata ini adalah artikel yang ditulis oleh Petualang ACI. Sebanyak 66 Petualang ACI berbagi kisah petualangan wisata mereka melalui tulisan maupun foto. Aku Cinta Indonesia (ACI) merupakan program acara keliling Indonesia Gratis yang diselenggarakan oleh detikcom.