Jakarta (ANTARA) - Majelis Ulama Indonesia (MUI) akan meluruskan sisi keagamaan terkait makam Mbah Priok di Taman Pemakaman Umum (TPU) Koja, Jakarta Utara yang menimbulkan kerusuhan ketika akan ditertibkan oleh Satpol PP pada 14 April lalu.
"Ada banyak yang perlu diluruskan terkait sisi keagamaan karena mengalami kekeliruan. Tetapi saya tidak bisa detail menyampaikannya karena sangat sensitif," kata seorang anggota tim peneliti MUI Roby Nurhadi ketika menyampaikan hasil penelitian ke Gubernur Fauzi Bowo di Balaikota DKI Jakarta, Senin.
Penelitian yang dilakukan MUI DKI itu juga menggandeng sejarawan seperti Alwi Shihab dan JJ Rizal, para pakar dari Universitas Indonesia dan termasuk ahli dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).
"Semua itu dilakukan dapat dipertanggungjawabkan. Karena itu hasil penelitian kita, tidak berdasarkan meja-meja rapat atau berdasarkan perasaan, melainkan melalui riset yang mendalam dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmu pengetahuan," kata Roby.
Dari hasil penelitian yang memakan waktu lumayan lama tersebut, MUI merekomendasikan perlu adanya pelurusan sejarah dan pemindahan makam.
Salah satu hasil yang ditemukan adalah bahwa tanggal kelahiran Habib Hasan Al Hadad bukan pada abad 17 seperti yang diklaim selama ini melainkan lahir pada abad 18, kata Roby.
Begitu juga dengan waktu meninggal, penelitian MUI tersebut menemukan bahwa Habib Hasan Al Hadad meninggal pada tahun 1927 bukan pada abad 18.
"Kami juga menemukan makam Mbah Priok sudah dipindahkan ke TPU Semper dari TPU Dobo, Jakarta Utara. Kami memiliki dokumen yang menegaskan hal itu dan sebagian pihak dari Mbah Priok mengakui kebenarannya," ujar Roby.
Sementara terkait dengan masalah keagamaan, MUI merekomendasikan supaya umat Islam tidak bersikap berlebihan dalam memuja Mbah Priok yang dalam kerusuhan bulan April lalu menelan korban tewas tiga petugas Satpol PP dan ratusan orang lainnya luka-luka.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan mulai melakukan sosialisasi hasil penelitian MUI itu minggu depan kepada masyarakat luas.
"Saya sudah terima hasil penelitian yang mendapatkan tugas dari PMI dan MUI pusat untuk melakukan penelitian berdasarkan riset yang mendalam bersama para pakar sejarah dan ilmuwan," kata Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo usai menerima MUI DKI di kantornya.
Walikota Jakarta Utara Bambang Soegiyono mengatakan, Pemerintah Kota (Pemkot) Administrasi Jakarta Utara akan menyebarkan hasil penelitian, analisa dan riset MUI DKI kepada ahli waris, ulama, majelis taklim, kelompok pengajian dan tokoh masyarakat di kawasan Jakarta Utara.
"Sosialisasi akan melibatkan langsung MUI DKI difasilitasi Pemkot Jakarta Utara. Pekan depan kita akan sosialisasikan ke masyarakat hasil penelitian ini, dengan begitu semua paham fakta yang sebenarnya dari sisi makam, sejarah dan keagamaan," kata Bambang.
Sosialisasi disebut Bambang akan dilakukan dengan membagikan buku-buku hasil penelitian ke kelompok-kelompok masyarakat dan juga akan dibuatkan leaflet atau selebaran kepada seluruh masyarakat Jakarta Utara.
"Dengan harapan mereka mengetahui dan memahami fakta yang sebenarnya, dan peristiwa ini merupakan yang pertama dan yang terakhir," kata Bambang.
From : Viva News
"Ada banyak yang perlu diluruskan terkait sisi keagamaan karena mengalami kekeliruan. Tetapi saya tidak bisa detail menyampaikannya karena sangat sensitif," kata seorang anggota tim peneliti MUI Roby Nurhadi ketika menyampaikan hasil penelitian ke Gubernur Fauzi Bowo di Balaikota DKI Jakarta, Senin.
Penelitian yang dilakukan MUI DKI itu juga menggandeng sejarawan seperti Alwi Shihab dan JJ Rizal, para pakar dari Universitas Indonesia dan termasuk ahli dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).
"Semua itu dilakukan dapat dipertanggungjawabkan. Karena itu hasil penelitian kita, tidak berdasarkan meja-meja rapat atau berdasarkan perasaan, melainkan melalui riset yang mendalam dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmu pengetahuan," kata Roby.
Dari hasil penelitian yang memakan waktu lumayan lama tersebut, MUI merekomendasikan perlu adanya pelurusan sejarah dan pemindahan makam.
Salah satu hasil yang ditemukan adalah bahwa tanggal kelahiran Habib Hasan Al Hadad bukan pada abad 17 seperti yang diklaim selama ini melainkan lahir pada abad 18, kata Roby.
Begitu juga dengan waktu meninggal, penelitian MUI tersebut menemukan bahwa Habib Hasan Al Hadad meninggal pada tahun 1927 bukan pada abad 18.
"Kami juga menemukan makam Mbah Priok sudah dipindahkan ke TPU Semper dari TPU Dobo, Jakarta Utara. Kami memiliki dokumen yang menegaskan hal itu dan sebagian pihak dari Mbah Priok mengakui kebenarannya," ujar Roby.
Sementara terkait dengan masalah keagamaan, MUI merekomendasikan supaya umat Islam tidak bersikap berlebihan dalam memuja Mbah Priok yang dalam kerusuhan bulan April lalu menelan korban tewas tiga petugas Satpol PP dan ratusan orang lainnya luka-luka.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan mulai melakukan sosialisasi hasil penelitian MUI itu minggu depan kepada masyarakat luas.
"Saya sudah terima hasil penelitian yang mendapatkan tugas dari PMI dan MUI pusat untuk melakukan penelitian berdasarkan riset yang mendalam bersama para pakar sejarah dan ilmuwan," kata Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo usai menerima MUI DKI di kantornya.
Walikota Jakarta Utara Bambang Soegiyono mengatakan, Pemerintah Kota (Pemkot) Administrasi Jakarta Utara akan menyebarkan hasil penelitian, analisa dan riset MUI DKI kepada ahli waris, ulama, majelis taklim, kelompok pengajian dan tokoh masyarakat di kawasan Jakarta Utara.
"Sosialisasi akan melibatkan langsung MUI DKI difasilitasi Pemkot Jakarta Utara. Pekan depan kita akan sosialisasikan ke masyarakat hasil penelitian ini, dengan begitu semua paham fakta yang sebenarnya dari sisi makam, sejarah dan keagamaan," kata Bambang.
Sosialisasi disebut Bambang akan dilakukan dengan membagikan buku-buku hasil penelitian ke kelompok-kelompok masyarakat dan juga akan dibuatkan leaflet atau selebaran kepada seluruh masyarakat Jakarta Utara.
"Dengan harapan mereka mengetahui dan memahami fakta yang sebenarnya, dan peristiwa ini merupakan yang pertama dan yang terakhir," kata Bambang.
From : Viva News