TEMPO Interaktif, Jakarta-- Data dari Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat mencatat, selama Januari-November 2010, sekitar 50 persen kasus penyakit demam berdarah dengue (DBD) diderita warga usia produktif dari jumlah total 1755 kasus.
Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat Angliana Dianawati menerangkan, tingginya penderita DBD usia produktif 15-44 tahun disebabkan mobilitas yang tinggi pada usia ini. "Mereka berpindah-pindah. Jadi potensi terkena penyakit DBD tinggi," ujarnya, Selasa (30/11) siang.
Dipaparkan Angliana, di peringkat kedua tertinggi kasus DBD ditempati anak-anak usia 5-14 tahun, yakni sebanyak 29 persen. Sementara warga usia di atas usia 45 tahun sebanyak 9 persen. Dan anak di bawah usia satu tahun dan 1-4 tahun masing-masing 2 persen dan 10 persen.
Kasus demam berdarah dengue di Jakarta Pusat selama beberapa bulan terakhir memang mengalami penurunan. Pada bulan ini tercatat ada 39 kasus DBD. Padahal jumlah total dua bulan sebelumnya mencapai 258 kasus.
Di Kecamatan Kemayoran, yang selama bulan September-Oktober menjadi wilayah terbanyak jumlah penderita DBD dengan 42 kasus, pada bulan November ini penderitanya turun drastis menjadi 3 kasus. "Hingga kini belum tercatat juga adanya korban jiwa di semua kecamatan," ujar Angliana.
Pihaknya terus berupaya menekan angka kasus DBD seminimal mungkin dengan menempatkan petugas “Jumantik” sebanyak satu orang di setiap RT. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) juga dilakukan rutin pada tempat-tempat penampungan air dan tempat yang berpotensi menjadi sarang nyamuk. "Saya harap induk nyamuk maupun jentik dapat dimusnahkan," ia menekankan.
Untuk pelaksanaan pengasapan atau fogging, tetap dilakukan masing-masing puskesmas di tingkat kecamatan. Namun, fogging baru bisa dilaksanakan setelah dilakukan penelitian epidemiologi (PE) pada sekitar 20 rumah penduduk yang berada dekat dengan penderita.
Jika negatif atau tidak ditemukan jentik, maka di wilayah itu cukup dilakukan PSN saja.
HERU TRIYONO